mik.umsida.ac.id –Indah Diah Rahmawati menjalani proses tanpa ekspektasi besar, namun justru menemukan makna, tujuan, dan prestasi di tengah perjalanannya.
Salah satu mahasiswa yang memulai kuliah tanpa rencana matang tapi justru mampu menutup perjalanan dengan prestasi membanggakan.
Lulus dari Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dengan predikat Cumlaude.
Indah membawa kisah inspiratif tentang bagaimana sebuah pilihan yang awalnya tak disengaja bisa berakhir menjadi prestasi yang membanggakan dalam hidupnya.
Prestasi akademik yang ia raih bukan hanya buah dari kerja keras.
Tetapi juga hasil dari keberanian untuk bertahan di tengah keraguan, serta dukungan keluarga, teman, dan dosen yang menguatkan langkahnya hingga mencapai garis akhir dengan penuh kebanggaan.
Cek Selengkapnya: UMSIDA Ciptakan Aplikasi SAINS SKATE SUPPORT, Lolos 10 Besar KISI 2025
Awal Perjalanan: Dari Tidak Tahu Jurusan hingga Menemukan Makna Baru

Ketika lulus SMA, Indah tidak memiliki gambaran jelas tentang jalur pendidikan yang ingin ia ambil.
Tidak ada tekanan atau paksaan dari orang tua, sehingga keputusan memilih jurusan dilakukan dengan santai.
Ia memilih MIK hanya karena mengira jurusan tersebut merupakan gabungan antara manajemen dan dunia kesehatan.
“Awalnya saya nggak tahu apa itu MIK. Saya pikir cuma manajemen di bidang kesehatan,” ungkap Indah.
Perkuliahan di awal terasa menyenangkan baginya.
Baca Juga: Laboran MIK Umsida Raih Best Presenter Lewat Inovasi Augmented Reality Terminologi Medis
Materi kuliah masih bisa diikuti, lingkungan kampus terasa nyaman, dan teman-temannya membuat proses adaptasi berjalan mulus.
Namun, kondisi mulai berubah ketika memasuki semester berikutnya.
Materi yang semakin kompleks, ditambah tuntutan praktik dan PKL setiap semester, mulai menguji keyakinannya.
Ia juga pernah merasa lelah, kewalahan, bahkan takut telah memilih jurusan yang salah.
Namun, di titik inilah dukungan menjadi sangat berarti.
Teman-teman dekat yang selalu menguatkan, dosen yang tak lelah menjelaskan materi dengan sabar, serta lingkungan akademik yang suportif membuat Indah terus berusaha bertahan.
Perlahan-lahan, keraguan itu berubah menjadi keyakinan, bahkan menjadi rasa cinta terhadap jurusan yang dulu tidak pernah masuk dalam daftar mimpinya.
“Tidak pernah terpikir saya akan berada di titik ini. Tapi ternyata ini memang rencana indah Tuhan,” tuturnya.
Menang dari Diri Sendiri: Konsistensi, Keberanian, dan Dukungan Lingkungan

Bagi Indah, predikat Cumlaude bukanlah sesuatu yang ia rencanakan sejak awal.
Bahkan ia terkejut ketika hasil akhirnya menunjukkan nilai yang sangat membanggakan.
“Saya pikir banyak teman-teman yang lebih pintar,” katanya merendah.
Namun, tanpa disadari, rutinitas kecil yang ia jaga telah membentuk fondasi kuat menuju prestasi tersebut.
Indah menekankan bahwa belajar tidak harus berjam-jam.
Yang penting adalah konsisten, memahami materi, dan mengulang secara rutin.
Ia juga terbiasa mengerjakan tugas lebih awal agar tidak menumpuk menjelang deadline.
Baginya, manajemen waktu sederhana seperti ini sangat membantu menjaga fokus.
Selain itu, Indah dikelilingi oleh circle pertemanan yang positif.
Mereka sering belajar bersama, saling mengingatkan, dan memberikan dukungan saat salah satu merasa lemah.
“Jangan ragu minta bantuan. Teman dan dosen itu sering jadi penyelamat di saat kita nggak paham,” ujarnya.
Soal manajemen waktu, Indah mengakui dirinya belum sempurna.
Namun ia tahu apa yang harus diprioritaskan. Jadwal kuliah selalu menjadi nomor satu.
Kemudian kegiatan organisasi HIMA yang ia ikuti turut mengasah keterampilannya di luar akademik.
Kehidupan pribadi diletakkan setelahnya, terutama karena ia tidak memiliki pekerjaan rumah yang menyulitkan, berkat kondisi keluarga yang sangat mendukung.
Baginya, kuliah bukan hanya soal nilai, tetapi perjalanan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih matang.
Rencana Setelah Lulus dan Rasa Terima Kasih untuk Orang Terdekat
Setelah resmi menyelesaikan studinya, Indah berencana terjun ke dunia kerja terlebih dahulu.
Dengan bekal yang dimiliki, ia ingin mengumpulkan pengalaman dan mematangkan kemampuan di bidang MIK.
Jika nanti ada kesempatan, ia berkeinginan melanjutkan pendidikan S2 dengan biaya hasil kerja kerasnya sendiri.
Untuk teman-teman yang sedang berjuang,
Indah berpesan agar tidak cepat menyerah dan tidak membandingkan diri dengan orang lain.
“Semua punya waktunya masing-masing,” tegasnya.
Sementara untuk kedua orangtuanya, Indah menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya.
“Prestasi ini bukan hanya milikku, tapi juga milik ayah dan ibu,” ungkapnya.
Dukungan moral, bantuan finansial, dan doa yang tak pernah putus menjadi kekuatan terbesar yang menuntunnya hingga titik ini.
Kisah Indah Diah Rahmawati membuktikan bahwa perjalanan yang dimulai tanpa kepastian pun bisa berakhir dengan keberhasilan besar ketika seseorang berani bertahan, belajar, dan percaya pada rencana Tuhan.
Penulis: Elfira Armilia














