Fikes.umsida.ac.id –Melalui studi berjudul Task Technology Fit in Hemodialysis Care, mereka melakukan analisis komparatif penerapan aplikasi Renalmu.com di dua rumah sakit Islam di Jawa Timur: RS Islam Sidoarjo dan RS Islam Bojonegoro.
Baca Juga: Transformasi Rekam Medis Elektronik Meningkatkan Mutu Layanan Kesehatan Secara Efisien
Layanan hemodialisis yang efektif bergantung pada satu hal penting: data yang akurat dan mudah diakses.
Namun, bagaimana jika dua rumah sakit menggunakan sistem digital yang sama tetapi menghasilkan kualitas data yang berbeda? Pertanyaan ini dijawab melalui penelitian terbaru karya Umi Khoirun Nisak, dosen Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida), bersama tim peneliti lintas disiplin.

Melalui studi berjudul Task Technology Fit in Hemodialysis Care, mereka melakukan analisis komparatif penerapan aplikasi Renalmu.com di dua rumah sakit Islam di Jawa Timur: RS Islam Sidoarjo dan RS Islam Bojonegoro.
“Kami ingin mengetahui bagaimana satu sistem yang sama bisa memberikan pengalaman dan hasil yang berbeda di lapangan,” ujar Umi Khoirun Nisak dalam laporannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Task-Technology Fit (TTF) dan melibatkan 30 responden dari kedua rumah sakit.
Hasilnya mengungkap perbedaan menarik, terutama pada dimensi kualitas data (data quality), yang menjadi penentu utama efektivitas sistem digital dalam mendukung keputusan klinis.
Teknologi Satu, Pengalaman Berbeda
Aplikasi Renalmu.com dikembangkan untuk membantu unit hemodialisis dalam mengelola data pasien secara digital dan terintegrasi.
Sistem ini mengubah laporan dari Indonesian Renal Registry (IRR) menjadi indikator mutu layanan secara real-time, sehingga tenaga medis dapat mengambil keputusan berdasarkan data aktual pasien.
Namun, meski kedua rumah sakit menggunakan sistem yang sama, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada kualitas data. Berdasarkan uji Mann–Whitney U, RS Islam Sidoarjo (Hospital 1) menunjukkan nilai U = 56.500 dan p = 0.013, menandakan perbedaan yang bermakna dibanding RS Islam Bojonegoro (Hospital 2).
“Artinya, meskipun teknologinya sama, pemanfaatannya bisa sangat berbeda tergantung pada kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur rumah sakit,” jelas Umi Khoirun Nisak.
Selain kualitas data, dimensi lain seperti kemudahan penggunaan, keandalan sistem, dan keamanan privasi menunjukkan hasil serupa di kedua rumah sakit.
Hal ini menandakan bahwa Renalmu.com sudah stabil dan mudah digunakan di berbagai lingkungan rumah sakit, namun masih membutuhkan penyesuaian dalam hal pengelolaan data agar hasilnya seragam.
“Perbedaan ini menjadi cermin bahwa implementasi sistem digital bukan hanya persoalan perangkat lunak, tetapi juga kesiapan organisasi dan pengguna di lapangan,” tambahnya.
Kualitas Data Jadi Pembeda Utama
Salah satu hasil paling menonjol dari penelitian ini adalah kualitas data (data quality) yang menjadi pembeda utama antara kedua rumah sakit. RS Islam Sidoarjo dinilai lebih unggul dalam memanfaatkan Renalmu.com untuk mendukung pengambilan keputusan klinis.
“Kualitas data bukan hanya tentang ketepatan angka, tetapi juga bagaimana data tersebut digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik bagi pasien,” ujar Umi Khoirun Nisak dalam laporannya.
Dalam konteks pelayanan hemodialisis, kualitas data memengaruhi banyak hal mulai dari pencatatan hasil laboratorium, penyesuaian dosis cairan, hingga pemantauan kondisi pasien secara berkelanjutan.
Data yang tidak akurat atau tidak lengkap bisa berdampak langsung pada keselamatan pasien.
Riset ini juga menemukan bahwa faktor pelatihan tenaga medis dan kesiapan teknologi rumah sakit berperan besar dalam menentukan keberhasilan implementasi sistem.
Rumah sakit dengan tim operator yang telah terbiasa menggunakan sistem digital dan memiliki koneksi internet stabil cenderung menghasilkan data yang lebih baik dan konsisten.
“Kalau pelatihan dilakukan secara berkelanjutan, tenaga kesehatan lebih cepat beradaptasi dan data yang dihasilkan juga lebih valid,” tulis Umi.
Hal ini menegaskan bahwa penerapan inovasi digital seperti Renalmu.com tidak cukup hanya dengan instalasi sistem, melainkan juga harus disertai strategi peningkatan literasi digital dan pengawasan mutu data secara periodik.
Langkah Fikes Umsida Menuju Digital Health Excellence
Penelitian yang melibatkan dua rumah sakit Islam ini menjadi gambaran nyata tantangan transformasi digital kesehatan di Indonesia.
Meskipun teknologi seperti Renalmu.com mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan, hasil akhirnya tetap ditentukan oleh sinergi antara sistem, manusia, dan budaya kerja.
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa keseragaman implementasi teknologi memerlukan pendekatan holistik, mencakup pelatihan SDM, kebijakan internal, serta kesiapan infrastruktur.
“Aplikasi Renalmu.com sudah menunjukkan performa positif, tetapi peningkatan kualitas data perlu menjadi prioritas agar manfaatnya merata di semua fasilitas kesehatan,” tegas Umi.
Peneliti juga menyoroti pentingnya evaluasi rutin dan audit digital di setiap unit hemodialisis untuk memastikan bahwa sistem digunakan secara optimal.
Dengan langkah tersebut, setiap rumah sakit dapat mencapai standar pelayanan yang setara dan berorientasi pada mutu pasien.
Melalui riset ini, Fikes Umsida tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ilmu kesehatan digital, tetapi juga memperkuat posisi sebagai kampus inovator di bidang manajemen informasi kesehatan.
Dukungan riset dari Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah semakin menegaskan komitmen Umsida dalam membangun ekosistem smart healthcare yang berbasis data dan teknologi.
Baca Juga: MIK Umsida Hadirkan Solusi Cerdas Pangan Lokal untuk Pencegahan Stunting
Hasil penelitian Analisis Komparatif Implementasi Renalmu.com pada Dua Rumah Sakit Islam di Indonesia menunjukkan bahwa penerapan teknologi kesehatan yang sama dapat menghasilkan hasil berbeda tergantung pada kesiapan institusi dan kualitas sumber daya manusianya.
RS Islam Sidoarjo berhasil menunjukkan performa unggul pada dimensi kualitas data, sementara aspek lain seperti kemudahan penggunaan dan keandalan sistem relatif setara di kedua rumah sakit.
“Perbedaan ini menjadi pelajaran penting bahwa transformasi digital bukan sekadar memasang sistem, tetapi bagaimana manusia di baliknya mampu beradaptasi dan memanfaatkannya dengan baik,” ungkap Umi Khoirun Nisak.
Sumber: Umi Khoirun Nisak
Penulis: Novia