wisata

Potensi Wisata dan UMKM Lokal: Strategi Cerdas Pemberdayaan Berkelanjutan Kedungudi

mik.umsida.ac.id – Dalam upaya mengembangkan desa maju, sinergi antara potensi wisata alam dan inovasi usaha mikro menjadi kunci utama pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Baca Juga: Optimalisasi Knowledge Sharing untuk Tingkatkan Kinerja Bisnis Perguruan Tinggi

Inilah yang menjadi titik tolak dalam riset kolaboratif oleh dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengenai integrasi antara Gunung Berkembang dan kerupuk Samiler sebagai kekuatan ganda ekonomi Kedungudi. Melalui pendekatan berbasis pemberdayaan dan keberlanjutan, riset ini membuktikan bahwa pariwisata pegunungan dan UMKM lokal mampu berjalan beriringan sebagai fondasi penguatan ekonomi desa.

Wisata Gunung Berkembang dan Samiler: Narasi Ganda Pemberdayaan Ekonomi
wisata
Sumber Fikes Umsida

Kedungudi, sebuah kawasan dengan potensi geografis dan kuliner tradisional khas, menyimpan dua aset besar: keindahan Gunung Berkembang dan kelezatan kerupuk Samiler. Penelitian ini mengangkat keterhubungan dua potensi tersebut dalam konteks usaha mikro berkelanjutan yang bertumpu pada partisipasi aktif masyarakat.

Wisata Gunung Berkembang yang mulai ramai dikunjungi menawarkan pengalaman ekowisata yang autentik. Sementara itu, kerupuk Samiler merupakan keripik khas berbahan dasar singkong yang menjadi ikon UMKM yang tidak hanya menyumbang penghasilan tambahan, tetapi juga melestarikan warisan kuliner daerah. Melalui program pelatihan, promosi, serta pemasaran terpadu, masyarakat dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan dan pengembangan dua sektor tersebut.

Riset ini menemukan bahwa ketika kedua sektor ini dikembangkan secara paralel, terjadi peningkatan signifikan pada penguatan ekonomi rumah tangga, peningkatan kapasitas produksi, serta munculnya inovasi berbasis lokal.

 Strategi Pelaksanaan: Inovasi, Kolaborasi, dan Inklusivitas

Dalam pelaksanaannya, riset ini dilakukan melalui tiga pendekatan utama: identifikasi potensi lokal, peningkatan kapasitas, serta strategi pemasaran. Melalui survei dan wawancara lapangan, tim menemukan bahwa masih banyak peluang pengembangan yang belum tergarap maksimal—baik dari sisi pariwisata maupun UMKM.

Maka dilakukanlah pelatihan pembuatan kerupuk yang lebih higienis dan modern, manajemen usaha kecil, serta strategi pemasaran berbasis digital. Sementara dari sisi wisata, dilakukan penguatan infrastruktur jalan, promosi destinasi, serta pembuatan paket wisata terpadu yang menggabungkan destinasi alam dan kuliner.

Uniknya, sinergi antara dua sektor ini menjadi nilai lebih dari model pemberdayaan yang ditawarkan. Pengunjung Gunung Berkembang tidak hanya menikmati keindahan alam, tapi juga bisa membeli dan menyaksikan langsung proses pembuatan Samiler dari tangan pertama.

Upaya ini juga menyasar keberlanjutan: bagaimana pengembangan tidak merusak lingkungan dan tetap menjaga keseimbangan ekosistem lokal. Ini menjadi bentuk konkrit dari semangat pembangunan berkelanjutan yang kini mulai menjadi standar dalam strategi pengembangan desa wisata.

Implikasi Sosial dan Masa Depan Pemberdayaan

Keberhasilan dari proyek ini tidak hanya dilihat dari meningkatnya angka produksi atau jumlah wisatawan, tetapi lebih jauh pada transformasi sosial yang terjadi. Masyarakat tidak lagi sekadar menjadi penonton, tetapi aktor utama dalam kemajuan desanya sendiri. Mereka lebih percaya diri, melek teknologi, dan mulai terbiasa berpikir strategis dalam mengembangkan usaha mereka.

Pengrajin Samiler kini memiliki kemampuan untuk mengemas produk lebih menarik, memahami pentingnya branding, serta mampu memasarkan produknya hingga ke luar daerah. Begitu pula dengan pengelola wisata Gunung Berkembang, yang mulai belajar menyusun paket wisata dan menjalin kemitraan dengan agen wisata.

Baca Juga: Inovasi Pembelajaran Interaktif Digital untuk Masa Depan: Meningkatkan Kualitas Pendidikan dengan Video Interaktif

Dalam jangka panjang, model integrasi ini diharapkan bisa direplikasi di daerah lain. Terutama bagi desa-desa dengan potensi serupa, pendekatan sinergis antara sektor wisata dan UMKM bisa menjadi kunci pemberdayaan yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga sosial dan budaya.

Melalui riset ini, Fikes Umsida memperlihatkan kontribusinya tidak hanya dalam bidang kesehatan, tapi juga dalam mendorong kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan lintas sektoral. Usaha mikro berkelanjutan yang dibangun dengan menggabungkan potensi lokal terbukti mampu memperkuat ketahanan ekonomi desa. Harapannya, penelitian semacam ini tidak hanya berhenti di Kedungudi, tapi terus berkembang menjadi strategi pembangunan komunitas yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.

Sumber : M. Irwani Amin